Andrew Yang, Capres Keturunan Asia Pertama yang Maju dalam Pilpres di AS 2020

Pemilu Presiden Amerika Serikat (AS) 2020 kian dekat. Banyak kandidat mendeklarasikan diri untuk maju dalam kontestasi Pilpres tahun depan tersebut. Dari partai Demokrat sendiri, sudah ada sekitar 20 kandidat yang mengajukan diri untuk menjadi Capres. Sedangkan dari Partai Republik, nampaknya kandidat penantang Donald Trump masih belum muncul di permukaan. Dari puluhan daftar nama capres Demokrat tersebut, salah satu kandidat yang digadang-gadang bisa menjadi “kuda hitam” kali ini adalah Andrew Yang, seorang pengusaha Amerika keturunan Asia pertama dalam sejarah AS yang maju dalam pemilu presiden di negeri Paman Sam ini.

Selain latar belakangnya yang tidak memiliki pengalaman sama sekali dalam dunia pemerintahan, Andrew Yang menyedot perhatian publik karena platform utama kampanyenya yang menawarkan Universal Basic Income (UBI) – atau Ia sebut sebagai Freedom Dividend – sebagai program utama yang akan Ia jalankan jika terpilih menjadi Presiden AS. Bentuk kongkritnya adalah dengan memberikan $1,000 per bulan kepada setiap warga AS tanpa syarat apapun! Ia percaya bahwa dengan freedom dividend tersebut, pertumbuhan ekonomi AS akan melesat dan mampu mengatasi gelombang automatisasi yang saat ini dan di masa depan diperkirakan akan menggusur jutaan tenaga kerja manusia itu.

Andrew Yang (Paling Kiri) Bersama Ayah, Ibu, dan Saudara Kandungnya

Pria kelahiran New York tahun 1975 ini kini telah memiliki seorang istri dan dua orang putra.  Ayah dan Ibunya merupakan imigran dari Taiwan. Ayahnya bekerja di perusahaan IBM, sedangkan sang ibu bekerja di kampus lokal sebagai tenaga administrasi.  Andrew Yang mengambil jurusan ilmu ekonomi dan politik di Brown University lalu kemudian melanjutkan master ilmu hukum di Columbia University. Meski memiliki latar belakang ekonomi dan hukum, tak menghalangi minat besarnya untuk menjadi pengusaha. Setelah bekerja beberapa tahun di kantor pengacara setempat, Ia pun memutuskan untuk mendirikan “Venture for America” , sebuah organisasi yang bergerak untuk membantu memberikan training pada pengusaha-pengusaha muda untuk membangun start-up baru dan membuka lapangan kerja baru di kota-kota besar di AS. Atas kesuksesannya tersebut, Ia pun diganjar penghargaan Presidential Ambassador for Global Entrepreneurship dari Presiden Obama pada tahun 2015.

Andrew Yang saat menerima penghargaan dari Presiden Obama tahun 2015

Kini, dengan platform Universal Basic Income, Ia melenggang ke putaran pertama debat Capres internal Demokrat. Meski mendapat jatah bicara yang minim pada debat putaran pertama kemarin, Andrew Yang tetap berhasil menambah pengikut di akun twitter-nya hingga 200,000 lebih dan mendapatkan kunjungan di YouTube tertinggi diantara capres lainnya pasca debat. Sebuah atensi yang cukup signifikan dan menjanjikan untuk seorang kandidat capres yang baru pertama kali muncul namanya dalam bursa. Bandingkan dengan capres lainnya seperti Joe Biden, Kamala Haris, atau Bernie Sanders yang memang sudah lama malang melintang menjadi pejabat dan politisi di AS.

Popularitas Andrew Yang dalam Polling pada bulan April 2019.

Andrew, demikian ia biasa dipanggil, juga mendapatkan dukungan terbanyak (73.7%) dari kantong “orang biasa” yang dibuktikan dengan besaran donasi kurang dari 200 USD. Dukungan dari arus bawah ini tentu sangat menguntungkan dimana kandidat Demokrat lainnya juga sedang gencar bicara tentang korupsi dan gerakan anti-donasi dari perusahaan kelas kakap yang dituding berada dibalik kerusakan demokrasi dan ketimpangan ekonomi di AS.

Dalam politik, semua kemungkinan tentu bisa terjadi. Seperti halnya Donald Trump yang muncul sangat diragukan pada masa awal kampanye, namun kemudian justru dengan mengejutkan mampu menjadi presiden AS ke-45. Pun dengan Andrew Yang, bukan tidak mungkin ia bisa menjadi kuda hitam dari Asia yang akan mengubah peta politik dan ekonomi di AS, mengingat semakin banyak warga AS yang saat ini kehilangan pekerjaan akibat automatisasi dan tekanan ekonomi yang semakin berat bagi kalangan milenial. Bagi pendukungnya, Freedom Dividend diyakini bisa menjadi salah satu solusi untuk memperbaiki ketimpangan struktural tersebut.

Beberapa Program dan Kebijakan Andrew Yang. Dengan motto “Humanity First”, Ia akan fokus pada persoalan ekonomi, kesehatan, dan demokrasi jika menang dalam pemilu nanti.

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *