Krisis ekonomi yang ditimbulkan oleh COVID-19 telah mengancam setiap orang. Namun ancaman dan pukulan paling keras adalah pada kelompok rentan, termasuk anak-anak. Kehilangan pendapatan hingga membengkaknya pengeluaran untuk biaya makanan dan kesehatan sangat sulit untuk dihindari. Keluarga yang sudah terjerat dalam kemiskinan tentu akan semakin dalam dan parah tingkat kemiskinannya. Bahkan mereka yang semula hampir miskin, bisa dengan cepat berada di bawah garis kemiskinan.
Banyak prediksi dan skenario yang berkembang tentang berapa lama dampak COVID-19 ini akan mampu diatasi? Namun, para ekonom memperkirakan bahwa krisis ekonomi masih akan berlarut-larut dan panjang. Menanggapi keadaan luar biasa ini, UNICEF mengeluarkan seruan terbaru agar pemerintah segera menerapkan kebijakan Tunjangan Universal Untuk Anak (Universal Child Benefits). Tujuannya adalah memastikan bahwa setiap anak tetap memiliki peluang untuk hidup sehat dan produktif di masa krisis ini.
Skema tunjangan khusus anak ini berupa pemberian bantuan langsung untuk keluarga dalam bentuk uang tunai atau transfer pajak. Kebijakan semacam ini telah terbukti menurunkan angka kemiskinan dan membantu anak-anak berkembang. Laporan dari UNICEF (Juni 2020) menunjukkan bahwa 1% saja investasi dari PDB untuk program ini akan mampu menurunkan tingkat kemiskinan suatu negara hingga 20%.
Keluarga yang menerima tunjangan anak ini terbukti mampu mengakses layanan kesehatan dan pendidikan dengan lebih baik. Mereka juga cenderung mengurangi ketergantungan pada pekerja anak. Gangguan berupa stress serta kekerasan dalam rumah tangga juga ikut menurun. Sayangnya, banyak program semacam ini yang masih bersifat eksklusif dan hanya menjangkau sebagian kecil populasi saja. Jumlah anak-anak membutuhkan bantuan namun tidak terjangkau oleh program ini masih jauh lebih banyak.
Oleh karena itu, UNICEF mendorong agar kebijakan tunjangan khusus anak ini dapat bersifat universal (untuk semua anak-anak). Tunjangan anak juga harus dibayarkan secara teratur kepada setiap keluarga, terlepas dari tingkat pendapatannya (tanpa syarat). Program yang bersifat universal ini diperkirakan akan mampu mengurangi kemiskinan secara lebih efektif dan menghindari birokrasi yang rumit serta kesalahan administrasi yang menyebabkan mereka yang seharusnya berhak menerima menjadi tidak tersentuh.
Selain itu, program universal juga akan mampu mengikis berbagai stigma terhadap penerima manfaat. Manfaat untuk ekonomi lokal, terutama di masa krisis seperti sekarang, juga akan lebih terasa, termasuk dalam hal memperkuat solidaritas sosial di tengah masyarakat.
Tunjangan Universal untuk anak-anak ini akan membantu kita pulih dari dampak COVID-19 secara lebih baik. Sekarang adalah waktunya untuk memulai. Banyak negara telah mengadopsi atau memperluas program tunjangan anak untuk melindungi anak-anak dan meningkatkan ekonomi dalam menghadapi COVID-19. Momentum ini tentu harus disambut baik dan tidak boleh disia-siakan.
Pemerintah harus memanfaatkan momen ini sebagai langkah pertama menuju universalitas. Pendekatan bertahap mungkin dimulai dengan cakupan universal untuk anak-anak mengingat perkembangan kritis yang terjadi pada tahun-tahun awal, dan memperluas rentang usia yang memenuhi syarat dari waktu ke waktu. Untuk negara-negara berpenghasilan rendah, program tunjangan anak universal ini biasanya berfokus pada anak-anak usia 0-4 tahun. Di Indonesia sendiri, program ini telah dijalankan di Aceh dan Papua (Simak Video UBI Webinar Series tentang Universal Child Grant di Aceh dan Papua di sini).
Tunjangan universal untuk anak ini juga harus didukung oleh sistem perlindungan sosial yang komprehensif dan layanan sosial yang berkualitas, termasuk perawatan kesehatan dan pendidikan. Sistem dan layanan ini sangat penting untuk pemenuhan hak-hak anak dan dapat memberikan dukungan tambahan untuk anak-anak dan keluarga yang paling rentan, termasuk mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan dan mereka yang menderita akibat diskriminasi.
Kerjasama global akan diperlukan untuk menjangkau setiap anak. Negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Negara-negara ini memiliki sumber daya dan ruang fiskal yang lebih sempit dibanding negara-negara lainnya. Itulah sebabnya UNICEF juga menyerukan lembaga keuangan internasional dan pemerintah untuk bekerja sama untuk mempertahankan dan bahkan memperbesar anggaran jaminan sosial untuk anak-anak dan keluarga selama pandemi ini.
Melalui seruan ini, UNICEF sedang mengajak kita untuk membayangkan sebuah masa depan di mana setiap anak menyadari hak mereka untuk memperoleh standar kehidupan yang memadai, kesetaraan dalam masyarakat, dan ketahanan ekonomi keluarga yang lebih stabil dari berbagai guncangan atau krisis. Berinvestasi dalam program universal semacam ini tak lain adalah bentuk investasi masa depan yang bermanfaat.
“Now is the time to come together to REIMAGINE a better world #ForEveryChild.” (UNICEF)