Bagaimana prospek gerakan Universal Basic Income (UBI) ke depan? Itulah kira-kira salah satu dari banyak pertanyaan besar yang diajukan oleh Burkhard Wehner dalam bukunya berjudul “Universal Basic Income and the Reshaping of Democracy: Towards a Citizens’ Stipend in a New Political Order” (2019).
Menurutnya, prospek gerakan UBI (“the future of basic income activism”) tidak dapat dinilai secara realistis tanpa adanya evaluasi atas kemajuan yang telah dicapai sejauh ini. Kemajuan beberapa dekade terakhir terutama terletak pada kenyataan bahwa di sejumlah negara, konsep UBI ini telah memperoleh publisitas yang tinggi dan konotasi yang positif.
Meningkatnya perhatian ini juga telah mendorong lahirnya banyak percobaan UBI dengan beragam model dan variannya. Banyak survey dan jajak pendapat tentang UBI yang juga telah dilakukan. Partai politik – setidaknya secara internal – di banyak negara juga mulai membahas konsep-konsep terkait pendapatan dasar ini.
Kemajuan yang cukup pesat ini seolah-olah menunjukkan bahwa prasyarat dasar penerapan UBI telah tercakupi. Padahal tidak serta-merta demikian!
Optimisme semacam itu bisa juga hasil dari “salah tafsir” atas kemajuan masa lalu. Sejauh ini, menurut Wehner, satu-satunya kemajuan substantif gerakan UBI adalah dari aspek kemajuan publisitas/popularitasnya saja. Eksperimen nyata UBI masih menghasilkan sedikit bukti empiris yang relevan secara politis. Perlu perubahan pola eksperimen dan aktivisme politik yang lebih pas untuk situasi hari ini dan masa depan. Selain itu, berbagai jajak pendapat dan survey tentang UBI seringkali menghasilkan bukti yang masih terkesan ambigu dan tidak konklusif.
Namun demikian, menguatnya publisitas/popularitas UBI ini bisa jadi menandakan bahwa separuh dari tujuan gerakan telah tercapai. Tinggal bagaimana jalan menuju implementasi politik yang lebih kongkrit? Transisi ke sistem tunjangan warga universal ini tentu membutuhkan perubahan sistemik – yang dalam proses demokrasi konvensional hanya dapat dipengaruhi oleh krisis politik atau ekonomi yang luar biasa.
Maka suka tidak suka, jalan menuju sistem tunjangan warga negara di masa depan harus dimulai dengan adanya eksperimen UBI secara nasional di negara-negara pionir. Eksperimen ini pun juga harus dikaitkan – atau didahului – oleh reformasi tatanan politik yang lebih demokratis. Tentu ini tidak mudah. Di sebagian besar negara di dunia, UBI mungkin masih akan tetap menjadi utopia yang jauh untuk banyak generasi.
Alasan utama untuk ini adalah ekonomi yang kurang berkembang, hasil pajak yang tidak memadai, kesadaran politik/demokrasi yang rendah, dan solidaritas spontan/sosial yang tidak memadai antar warga negaranya.
Analisis Wehner ini menunjukkan — walaupun tentu saja tidak harus melulu linier — bahwa tujuan aktivisme UBI yang telah berjalan selama berabad-abad ini akan bisa terwujud jika diiringi dengan perbaikan sistem politik dan iklim demokrasi itu sendiri.
“first a new democracy, thereafter the basic income”, begitu rumusnya, bukan sebaliknya.