Tahapan dan Strategi Percobaan UBI (2)

Dalam menyusun desain percobaan UBI, tentu saja tidak dapat dilepaskan dari peran para peneliti yang akan menyusun metode eksperimen yang paling tepat. Penyusunan metode eksperimen ini akan didasarkan pada standar ilmiah yang biasa digunakan dalam dunia akademik. Hal ini penting mengingat tujuan dari sebuah eskperimen dilakukan adalah untuk membuktikan beberapa hipotesis dan juga mengukur dampak percobaan tersebut. Baik dampak jangka pendek, menengah, maupun panjang. Sebuah percobaan yang akan melibatkan jumlah dana cukup besar seperti UBI, tentu harus dibuat desain dengan sangat detail dan matang, sehingga mampu mengantisipasi berbagai kemungkinan di tengah jalan.

Misalnya, seberapa sering evaluasi terhadap penerima program akan dilakukan? Bagaimana memilih sampel dan control group sebagai pembanding? Apakah akan dilakukan melalui metode mixed-methods atau yang lainnya? Apakah evaluasi dilakukan dengan mengirimkan kuisioner kepada responden atau wawancara langsung? Bagaimana melatih dan merekrut orang-orang yang akan melakukan evaluasi? Siapa yang akan mengontrol jalannya evaluasi? Bagaimana jika program tiba-tiba terhenti di tengah jalan (seperti dalam kasus eksperimen UBI Ontario)? Dan lain sebagainya. Berbagai pertanyaan metodologis di atas harus mampu di jawab oleh tim peneliti sejak dari desain, implementasi, hingga analisis. Hasil dari setiap tahapan itu kemudian akan dikomunikasikan kepada publik dan stakeholders oleh tim komunikasi agar pesan yang disampaikan lebih mengena dan tidak meleset.

Secara umum, beberapa eksperimen memilih menggunakan mixed-methods design sebagai rancangannya. Dimana dalam metode ini pendekatan kualitatif dan kuantitatif digunakan secara integratif. Mixed-Methods ini memiliki banyak tipe dan jenis. Misalnya, jika evaluasi dilakukan dengan pendekatan kuantitatif terlebih dahulu (survey) kemudian disusul oleh pendalaman secara kualitatif terhadap beberapa kasus yang menarik (indepth interview), maka pendekatan ini disebut dengan sequential mixed-methods. Dalam evaluasi percobaan UBI, peneliti juga biasanya menggunakan randomized controlled trials, pre and post-UBI survey, atau pendekatan serupa untuk melihat kausalitas atau sebab akibat secara lebih rigid terhadap partisipan maupun non-partisipan. Semakin ketat sebuah desain dapat dijalankan, maka kemungkinan hasil evaluasi yang baik juga akan diperoleh dan menjadi panduan dalam pengambilan keputusan yang lebih luas.

Sepanjang proses desain ini, hal yang nampaknya kecil namun memiliki dampak besar adalah penentuan nama eksperimen, target populasi penerima program, jumlah uang tunai yang akan diberikan, frekuensi pembayaran, dan durasi percobaan.

  1. Penentuan nama. Dalam memilih nama pilot project, tentu tidak bisa sembarangan. Kita harus memperhatikan suasana ”kebatinan” serta psikologi penerima. Meskipun eksperimen UBI ini ditujukan untuk pengentasan kemiskinan, tidak serta merta kita harus melabeli dengan kata-kata ”miskin”, ”pendapatan rendah”, atau semacamnya yang berpotensi mengecilkan harga diri partisipan. Termasuk, mengumbar jargon yang bisa menimbulkan salah persepsi semisal ”uang cuma-cuma” yang mendorong orang untuk konsumtif dan tidak produktif. Sebaliknya, sebisa mungkin menggunakan nama proyek percobaan yang menumbuhkan optimisme, kepercayaan diri, produktivitas, dan memanusiakan semua yang terlibat dalam percobaan ini.

 

  1. Penentuan Target Populasi. Penentuan target populasi ini sebaiknya tidak dilakukan secara top down, melainkan secara partisipatoris. Termasuk, mempertimbangkan aspek-aspek keberagaman populasi serta kemungkinan perluasan program yang sedang berjalan. Meskipun prinsip ideal UBI adalah ”universal”, namun dalam kondisi tertentu dimungkinkan untuk tidak benar-benar berlaku universal melainkan melihat bagaimana realitas di lapangan. Jika pemilihan partisipan secara acak (lotere misalnya) dianggap yang paling adil, maka pilihan ini bisa diambil. Namun, jika masyarakat pada lokasi eksperimen ternyata lebih homogen dan memiliki struktur sosial yang lebih tertutup, maka menggunakan musyawarah terbuka secara partisipatori bisa menjadi pilihan yang lebih bijaksana. Sepanjang tetap dalam kaidah-kaidah saintifik yang dapat dipertanggungjawabkan.

 

  1. Penentuan Jumlah Uang Tunai yang akan diberikan. Perhitungan atas jumlah uang ini sangat krusial. Ia sangat tergantung kepada besar dana yang digulirkan dalam program ini serta desain yang akan digunakan dalam evaluasi. Pemberian jumlah uang yang berbeda pada beberapa kelompok, seperti dalam eksperimen UBI Kenya, harus mampu dikomunikasikan dengan baik kepada partisipan. Jumlah uang ini juga diberikan berdasarkan perhitungan lokalitas yang kental, seperti berapa sih jumlah minimum seseorang mampu memenuhi kebutuhan makan, berpakaian, dan menyewa rumah dalam satu bulan? Perhitungan untuk ini tentu berbeda antar wilayah dan harus diukur secara matang agar pemberian UBI tidak hanya menyelesaikan masalah kebutuhan dasar, namun juga dapat dilakukan dalam jangka waktu yang cukup panjang.

 

  1. Frekuensi Pembayaran. Hampir semua eksperimen UBI menggunakan sistem pembayaran bulanan. Selain lebih praktis, namun juga lebih cocok dengan berbagai realitas bekerja, sistem perbankan, sistem gaji, dan lain sebagainya. Pembayaran bulanan diyakini lebih mudah dikelola serta memiliki sisi edukasi (perencanaan) bagi penerimanya. Ini juga menjadi salah satu tujuan eskperimen UBI yaitu bagaimana kita melihat perilaku partisipan manakala mereka harus mengatur uang tambahan ini untuk satu bulan ke depan. Apakah mereka memilih untuk menghabiskan seketika atau mencoba menabung untuk kemungkinan tidak terduga? Apakah mereka akan gunakan untuk membayar hutang atau kebutuhan anak? Dan lain sebagainya.

 

  1. Durasi Pembayaran. Hal ini terkait dengan jumlah uang tunai dan frekuensi pembayaran di atas. Setiap kelompok dalam eskperimen kemungkinan akan menerima jumlah serta frekuensi pembayaran yang berbeda. Mereka yang mendapatkan jumlah lebih besar, mungkin akan menerima frekuensi pembayaran yang lebih sedikit. Sebaliknya, mereka yang menerima jumlah uang tunai lebih kecil, kemungkinan bisa mendapatkan pembayaran dalam frekuensi yang lebih banyak dan durasi yang panjang. Tentu berbagai pertimbangan perlu dimasukkan dalam menyusun desain dan implementasi percobaan UBI ini. Apakah 6 bulan dan satu tahun cukup dianggap untuk melihat dampak jangka pendek? Atau dampak akan baru terlihat jika program dijalankan minimal dua tahun.

 

Tentu saja semua aspek di atas akan berpulang pada kemampuan finansial serta pengelolaan program secara utuh. Membuat desain percobaan UBI yang rinci dan komprehensif menjadi kunci keberhasilan sebuah eskperimen, terlepas bagaimana hasil akhirnya nanti.

 

*Baca Artikel Bagian Pertama Disini: Tahapan dan Strategi Percobaan UBI (1)

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *