Tahapan dan Strategi Percobaan UBI (1)

Setelah melihat berbagai eksperimen UBI di berbagai kota dan negara, tentu muncul pertanyaan tentang bagaimana membangun percobaan serupa di kota maupun daerah kita masing-masing. Apakah mungkin eksperimen UBI ini direplikasi di setiap tempat? Kalau mungkin, bagaimana caranya agar eksperimen dapat berjalan dengan efektif? Menjawab pertanyaan tersebut, Basic Income Lab (BIL) dan National League of Cities (NLC) telah menyusun sebuah panduan pengembangan percobaan UBI, khususnya untuk skala perkotaan (baca disini: Ini Dia Panduan UBI/BIG Untuk Level Kota!). Meskipun panduan ini ditujukan untuk kota-kota di Amerika Serikat, namun strategi di dalamnya dapat berlaku cukup universal. Indobig akan mencoba menjabarkan apa saja strategi dan tahapan yang bisa kita tempuh untuk menyusun proposal eksperimen UBI tersebut.

Menurut BIL, kota merupakan laboratorium yang paling sesuai untuk percobaan penerapan UBI. Kota dianggap memiliki berbagai masalah dan tantangan yang kompleks serta memerlukan penyelesaian secara cepat dan holistik. Kriminalitas, pengangguran, homelessness, dan lain-lain adalah contoh bagaimana kemiskinan di kota demikian berdampak terhadap kualitas kehidupan sosial dan ekonomi warganya. Bukan berarti di pedesaan tidak cocok, namun struktur sosial perkotaan memang berbeda dengan struktur sosial pedesaan sehingga masing-masing memerlukan pendekatan yang unik dan berbeda dalam menyusun eksperimen UBI. Kita sudah memiliki contoh untuk keduanya. Eksperimen UBI di Kenya, India, dan Namibia misalnya, bisa menjadi contoh bagaimana UBI diterapkan di pedesaan. Sementara itu, eksperimen Finlandia, Ontario, dan Stockton bisa menjadi contoh bagaimana UBI diterapkan di perkotaan.

Baik perencanaan di desa maupun kota, pertama-tama kita perlu sama-sama memetakan tujuan utama dari pembangunan serta program-program yang telah berjalan di kota atau desa tersebut. Memetakan permasalahan utama merupakan langkah paling penting sehingga kita mengetahui apakah kebijakan UBI akan sesuai diterapkan di daerah tersebut. Biasanya, pemerintah setempat sudah memiliki program-program berjalan yang bertujuan untuk membantu masyarakat miskin di wilayah tersebut. Program-program tersebut tentu saja memiliki target penerima yang jelas. Selain penerima dengan syarat dan kriteria tertentu, program-program tersebut juga dievaluasi oleh lembaga independen, pemerintah setempat maupun birokrasi yang lebih tinggi. Oleh karena itu, melakukan evaluasi terhadap program-program conditional cash transfer (CCT) yang sedang berjalan menjadi langkah penting untuk mengukur efektifitas program tersebut sekaligus melihat apakah UBI akan mampu menambal kelemahan program tersebut.

Untuk mampu melakukan evaluasi terhadap program CCT yang ada, tentu diperlukan sebuah tim yang solid, multidisiplin, dan mampu memberikan rekomendasi yang cukup memadai. Oleh karena itu, membangun teamwork – sebut saja ”core UBI Pilot Team” – menjadi mutlak diperlukan. Tim ini bisa memulai pekerjaannya secara informal maupun dibentuk secara formal sejak awal. Dengan menggandeng beberapa peneliti, akademisi dari lembaga pendidikan lokal, media, serta jejaring pemangku kepentingan lainnya akan sangat membantu tim dalam mendapatkan data-data, informasi, serta dukungan dana dan kebijakan yang diperlukan. Tim inti ini nantinya yang bertanggung jawab untuk menyusun desain percobaan, melakukan komunikasi publik, lobi-lobi, dan mengambil keputusan secara kolektif terhadap langkah-langkah berikutnya yang harus ditempuh.

Tabel 1. Tahapan dan Aktor-Aktor dalam Inisiatif Percobaan UBI (UBI Pilot)

Desain Implementasi Analisis Langkah Selanjutnya
Aktor-Aktor Tim Pendanaan

Para peneliti

Tim Lobi dan Komunikasi

Pemerintah

Komunitas

Para Peneliti

Para peneliti

Tim Komunikasi

Pengambil kebijakan

Komunitas

Tim Komunikasi

Agenda dan Aktivitas Mencari dukungan pendanaan

Memetakan Theory of Change (ToC)

Menyusun model UBI

Membangun strategi komunikasi

Kolaborasi dengan agen-agen pemerintah daerah dan pusat

Membangun kerjasama dengan sumber-sumber pendanaan dan partisipan

Mendokumentasikan proses dan mengukur luaran

Menafsirkan hasil evaluasi dan data dan proses yang telah dijalankan

Menyusun bahan-bahan untuk disampaikan kepada publik

Perencanaan untuk perluasan program UBI berdasarkan hasil temuan

Kolaborasi lebih lanjut dengan komunitas, pemerintah daerah, dan jejaring peneliti

 

Selain menghitung kelayakan UBI, tim ini nantinya juga akan bertugas melakukan berbagai inisiatif awal untuk mendapatkan dukungan dana eksperimen yang memungkinkan. Penjajakan dan simulasi model public-private partnerships hingga creative fundraising akan diperlukan pada perencanaan percobaan UBI ini. Pada level ini, berbagai skenario harus dicoba sesuai dengan sumber daya dan potensi lokal atau nasional yang ada. Beberapa cara kreatif untuk menghasilkan dana kolektif untuk membiayai eksperimen UBI ini misalnya mengikuti apa yang dilakukan oleh Alaska untuk daerah-daerah dengan penguasaan sumber minyak dan gas atau kekayaan alam lainnya. Pemerintah setempat meminta bagi hasil keuntungan pengelolaan sumber daya tersebut untuk kemudian dikumpulkan bersama dengan sumber-sumber pendapatan lainnya. Tentu ini membutuhkan lobi-lobi khusus untuk dapat bermitra dengan perusahaan maupun pemerintah setempat.

Bisa juga creative fundraising ini meniru apa yang dilakukan oleh GiveDirectly di Kenya, yaitu dengan meluncurkan charity platform untuk mengumpulkan dana dari seluruh dunia. Dana tersebut nantinya akan diberikan langsung kepada warga penerima dalam bentuk cash transfer. Contoh lain misalnya dengan menerapkan value-added tax pada barang-barang mewah (luxury goods) seperti yang dilakukan pemerintah San Fransisco (sejak 2014). Pemerintah kota juga bisa mengumpulkan dana melalui berbagai program pro-lingkungan hidup, seperti pajak untuk tas belanja plastik, pajak untuk minuman beralkohol, denda merokok di tempat publik, pendapatan serta denda dari parkir liar, dan lain-lain. Idealnya, berbagai kombinasi program yang memiliki nilai keberlanjutan terhadap ekonomi, lingkungan, kesehatan, dan sosial itu dapat dikombinasikan untuk dua kepentingan sekaligus: mendanai UBI (artinya uang kembali kepada warga) dan menjaga tata tertib serta keberlanjutan lingkungan (dampak positifnya juga akan dinikmati seluruh warga).

Namun demikian, satu hal yang patut untuk dipikirkan terkait berbagai sumber-sumber untuk pendanaan UBI tersebut adalah dampak psikologis dan emosional dari penerima UBI itu sendiri manakala mereka tahu darimana sumber uang yang diterimanya. Jika uang yang mereka terima itu berasal dari satu sumber utama, misalnya minyak bumi atau tambang, maka ada kemungkinan ketergantungan yang berlebihan terhadap perusahaan pengelola minyak dan tambang tersebut. Termasuk keberpihakan pemerintah dan warga juga akan terpengaruh. Misalnya, mereka akan tutup mata atau tidak berani bersuara terhadap berbagai kerusakan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan. Atau, jika uang tersebut diperoleh dari pajak minuman keras, kasino, tempat hiburan, atau semacamnya, maka perlu dipikirkan pula bagaimana reaksi penerima kaitannya dengan nilai-nilai budaya, tradisi, dan agama serta kepercayaan yang mereka anut. Kompleksitas semacam ini juga perlu diantisipasi oleh UBI pilot tim agar tidak menimbulkan masalah yang tidak dikehendaki.

(bersambung)

sumber ilustrasi: NextBigFuture

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *