Sebagai sebuah gagasan yang dianggap utopis dan “mustahil” dijalankan, Basic Income Guarantee (BIG) memiliki pendukung yang tidak sedikit jumlahnya. Bahkan, para penggagas dan “juru kampanye” ide ini bukanlah orang-orang sembarangan. Mulai dari mantan Presiden Amerika Serikat, Richard Nixon, tokoh Hak Asasi Manusia seperti Martin Luther King, Jr, hingga CEO perusahaan global ternama seperti facebook dan Tesla adalah sedikit dari para penyokongnya. Apa sebenarnya yang membuat ide BIG ini begitu menarik dan menjadi perbincangan hangat belakangan ini?
Alasan BIG ini menarik diantaranya adalah gagasan ini memang memiliki kelebihan yang orisinal dan menjanjikan bagi penyelesaian masalah sosial ekonomi di masa mendatang. Berikut ini adalah beberapa kelebihan atau keuntungan apabila program BIG diadopsi oleh suatu negara:
Satu, mendorong terwujudnya kebebasan dan keadilan sejati. Janji ini yang sering diungkapkan oleh para pemikir dari kalangan libertarian yang percaya bahwa pembangunan tidak akan berjalan dengan adil tanpa adanya kebebasan (freedom) dan pengakuan hak-hak individu. Kebebasan disini berarti memberikan pemenuhan kebutuhan minimum individu dalam bentuk uang tunai serta memberikan kebebasan sepenuhnya bagi mereka untuk mengatur uangnya sendiri. Kebebasan individu dalam mengelola uang yang menjadi miliknya ini dipercaya akan mampu membangun independensi, kepercayaan diri, kesehatan mental, dan kebebasan memilih yang selama ini menjadi “barang langka” bagi orang miskin.
Dua, menurunkan angka kemiskinan. Para pendukung BIG juga mempercayai bahwa dengan memberikan uang tunai langsung kepada mereka yang berada di bawah garis kemiskinan akan mendorong mereka secara perlahan keluar dari lingkaran setan kemiskinan. Jaminan material semacam ini akan dikelola dan diinvestasikan oleh keluarga miskin kepada hal-hal yang dianggap mereka menjadi penyebab kemiskinannya. Mereka lebih tahu apa yang menyebabkan mereka miskin dan kita (para experts) hanya perlu memberikan kepercayaan kepada mereka untuk mengubah nasib dengan tangannya sendiri.
Tiga, solusi kebijakan yang efisien. Bandingkan dengan program-program pengentasan kemiskinan lainnya yang keseluruhan biaya pelaksanaannya justru mengurangi jatah yang seharusnya diterima oleh si miskin. Ada biaya input pada setiap program, mulai dari biaya perencanaan, gaji konsultan, biaya administrasi, biaya monev, dan lain-lain. Dengan cash transfer ala BIG, semua biaya itu dapat dipangkas dengan efisien dan otomatis menambah alokasi yang seharusnya diterima oleh penerima manfaat program tersebut.
Empat, mempromosikan kesetaraan gender. Para aktivis gender tentu memahami bahwa hambatan terbesar pengurangan kemiskinan saat ini adalah ketimpangan gender yang masih tinggi. Perempuan sebagai pihak yang dirugikan manakala banyak program yang bias gender dan menafikkan kontribusi mereka. Di tengah masyarakat, terutama di negara-negara berkembang, kontribusi perempuan dalam pekerjaan domestik dan rumah tangga seringkali tidak mendapat penghargaan yang layak. Dengan prinsip universalisme yang terkandung dalam BIG ini, maka diharapkan laki-laki dan perempuan akan mendapatkan hak yang sama dan memiliki kebebasan yang sama pula dalam pemanfaatan dan pengelolaannya.
Lima, mengurangi ketimpangan pendapatan. Dengan perkembangan teknologi yang tidak dapat dibendung, maka kompetisi untuk mendapatkan pekerjaan akan semakin sengit dan sulit akibat penggunaan mesin-mesin dan otomatisasi lainnya secara massif. Ketimpangan pendapatan bukannya semakin memudar, tetapi justru akan semakin mencolok. Mereka yang tidak memiliki keterampidanlan kemampuan bersaing akan tersingkir dari bursa kerja. Bahkan yang sudah merasa mapan dengan pekerjaannya juga sewaktu-waktu akan kehilangan posisinya. Dalam kondisi jobless semacam ini, maka BIG dapat menjadi kebijakan pengaman dan pengendali ketidakpastian bagi masyarakat.
Disamping lima hal diatas yang sering didengungkan oleh para pendukung BIG, salah satu manfaat BIG lainnya adalah mendorong keterbukaan ekonomi dan politik suatu negara. Dengan besaran nilai uang tunai yang sama untuk setiap individu, baik kaya maupun miskin, tua maupun muda, serta sistem penyaluran yang sederhana (dengan bantaun teknologi) dan tanpa persyaratan apapun, akan sulit bagi birokrasi atau pihak-pihak tertentu untuk menyelewengkan penyaluran uang tunai tersebut karena masyarakat juga akan dengan mudah melakukan kontrol serta pengawasan. (bersambung)