Gagasan “Kota Bijaksana” dan Basic Income dari Barcelona

Mungkin kita sudah akrab mendengar konsep “kota pintar” (Smart City), dimana pendekatan kota pintar ini berfokus pada terciptanya ekonomi berbasis pengetahuan melalui pengelompokan ekosistem inovasi yang menghasilkan teknologi cerdas.  Pendekatan ini telah memungkinkan kota-kota untuk melakukan inovasi teknis dalam pemberian layanan di berbagai bidang seperti transportasi, energi, lingkungan, perawatan kesehatan, perumahan dan pemerintahan. Namun demikian, penerapan kota pintar tidak serta merta mampu mengurangi kesenjangan dalam masyarakat. Bahkan sebaliknya, terkadang “kepintaran” sebuah kota justru menjadi sumber ketidaksetaraan dimana efek pertumbuhan ekonomi inovatif tersebut tidak berbanding lurus dengan kesejahteraan sosial warganya. Dalam rangka menyempurnakan konsep kota pintar ini, lahirlah gagasan “kota bijaksana” (Wise City) yang bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan bersama dengan mengikuti prinsip-prinsip inklusivitas, ketahanan dan keberlanjutan.

Tujuan dari model Wise City (seperti terlihat dalam gambar) ini adalah untuk memaksimalkan kualitas hidup warga negara, termasuk pemenuhan kebutuhan dasar, penciptaan lingkungan yang aman dan sehat, dan akses terhadap peluang, pekerjaan yang layak dan upaya mengejar kebahagiaan. Untuk mencapai tujuan itu, perlu skema atau model yang efektif dalam mengurangi ketimpangan atau ketidaksetaraan dalam bentuk kebijakan pre-distribusi. Gagasan kota bijaksana dengan ide pre-distribusi inilah yang menjadi inti dalam laporan yang disampaikan oleh Barcelona Center for International Affairs (CIDOB), sebuah lembaga Think Tank independen berbasis di Barcelona. Laporan bertajuk “Wise Cities & the Universal Basic Income: Facing the Challenges of Inequality, the 4th Industrial Revolution and the New Socioeconomic Paradigm” tersebut berfokus pada perancangan kebijakan pre-distribusi tadi (yaitu melakukan intervensi di pasar tenaga kerja dalam rangka mengurangi ketimpangan pendapatan)

Menurut CIDOB, Basic Income Guarantee (BIG) adalah contoh klasik dari kebijakan predistribusi. Gagasan lama ini pertama kali diajukan oleh Thomas More pada abad ke-16 dan kemudian dipopulerkan oleh Thomas Paine pada abad ke-18. Secara tradisional, politisi kiri menganggap UBI sebagai cara untuk mengatasi kemiskinan, menjaga akses terhadap layanan dasar dan mengamankan lingkungan yang lebih aman. Namun, politisi kanan biasanya bereaksi menentangnya, dengan alasan bahwa skema semacam itu akan menghilangkan kesadaran akan etika kerja, mematahkan sistem meritokrasi dan mendorong masyarakat menjadi malas. Dan dalam kebanyakan kasus dikatakan tidak mungkin untuk membiayai gagasan BIG ini, sehingga banyak pula yang menganggap ide ini sebagai utopia.

Sebagai gagasan lama yang muncul kembali di era baru, BIG merupakan jawaban dari “penyakit menahun” (resesi ekonomi, misalnya) yang dimiliki oleh kapitalisme. The Great Recession mengungkapkan kekurangan sistem kapitalis yang tidak lagi mampu menciptakan kemakmuran bersama dan kemajuan sosial dengan mengikuti prinsip-prinsip ekonomi neoklasik. Barcelona termasuk salah satu yang mulai mempelajari gagasan untuk meluncurkan pilot BIG setelah mengalami resesi ekonomi yang relatif hebat. Pilot BIG di Barcelona, ​​yang disebut B-Mincome, memberikan penghasilan bulanan 400-500 poundsterling untuk 1.000 orang dewasa (dari 25 sampai 60 tahun) tergantung pada karakteristik rumah tangga mereka. Hanya penduduk di daerah Besòs, salah satu bagian termiskin di kota, yang dipilih. Peserta harus menjadi mantan penerima bantuan layanan sosial dan dibagi menjadi empat kelompok perlakuan berbeda. Proyek sebesar € 13M tersebut didanai oleh dewan kota dan Uni Eropa dan akan berlangsung selama dua tahun.

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *