Diskusi menarik digelar oleh Circles Bali pada tanggal 13 Juli 2022 yang lalu. Membahas bagaimana teknologi Blockchain dapat membantu implementasi dan bahkan akselerasi dari gagasan Universal Basic Income (UBI) menjadi sebuah kenyataan. Circles Bali – sebuah inisiatif yang mendorong pengembangan UBI berbasis Blockchain – menghadirkan Founder IndoBIG Network, Yanu Endar Prasetyo, Head of Toko Token Tokocrypto, Bika Pidada, dan Akademisi UNDIKNAS Bali, I Made Chandra Mandira untuk membedah topik tersebut. Diskusi hangat ini dipandu oleh Doni Marmer dan Garlan Duarsa, pegiat Circles Bali.
Dalam paparannya, Yanu membuka dengan menceritakan perjalanan eksperimen Basic Income dari berbagai Negara di dunia. Ragam eksperimen Basic Income yang sudah diimplementasikan di berbagai negara tersebut, memang belum ada satu pun yang benar-benar dapat dikatakan sebagai “universal”. Namun demikian, seperti terlihat dalam Peta Eksperimen UBI yang disusun oleh IndoBIG Network, berbagai eksperimen UBI-type tersebut semakin hari semakin bertambah jenis dan variannya. Meskipun sebagian besar eksperimen atau Pilot UBI saat ini masih menggunakan uang kertas atau mata uang “resmi” sebagai alat pembayaran jaminan pendapatan dasar. Oleh karena itu, Yanu menyambut dengan antusias eksperimen yang mencoba memperkenalkan “Point System” atau teknologi pembayaran lainnya yang inovatif, termasuk Circles Bali.
Bika Pidada, narasumber dan praktisi yang sudah lama bergelut dalam dunia Crypto menambahkan, bahwa perkembangan Blockchain dan Cryptocurrency di dunia ini memang sangat pesat, termasuk di Indonesia. Teknologi ini adalah masa depan. Meskipun dari sisi regulasi banyak hal masih perlu dibenahi, namun antusiasme komunitas Crypto justru semakin besar. Hal ini tak lepas dari kontrobusi teknologi Blockchain yang menjadikan berbagai inovasi dalam dunia finansial yang semakin beragam dan transparan. “Blockchain memiliki keunggulan karena cukup efektif untuk menyimpan jejak informasi dan transaksi. Selain itu, sistem yang ada di dalamnya juga sudah terbukti aman dan transparan” imbuhnya.
Dalam konteks Bali, I Made Chandra menegaskan bahwa potensi Bali sesungguhnya adalah dalam dunia pertanian. Meskipun penduduk Bali banyak yang menggantungkan hidupnya dari sektor pariwisata, namun pengalaman pandemi COVID-19 saat ini menunjukkan bahwa pariwisata bukanlah penopang ekonomi yang kuat. Ia dapat sewaktu-waktu terhenti atau terdisrupsi. Sedangkan pangan dan pertanian, akan terus dibutuhkan. Kaitannya dengan UBI dan Blockchain, Ia beranggapan bahwa teknologi dan inovasi ini akan sangat cocok diimplementasikan di Bali pada sektor yang terkait dengan pertanian. “Blockchain dapat digunakan untuk memperkuat rantai pasok komoditas pertanian Bali dan UBI akan membantu petani Bali agar lebih sejahtera”.
Gagasan UBI berbasis Blockchain untuk memperkuat pertanian (komunitas pedesaan) di Bali ini nampaknya menjadi alternatif untuk pengembangan ekonomi Bali. Seperti video pendek yang diputar oleh Circles Bali di tengah diskusi, banyak dukungan masyarakat Bali, khususnya dari Petani dan Pedagang, bahwa Circles Bali yang menerapkan transaksi melalui aplikasi (point system) ini sangat mudah digunakan dan mereka tertarik untuk memanfaatkannya.
Pekerjaan rumah selanjutnya adalah tinggal bagaimana gagasan Circles Bali ini dapat diperkenalkan seluas-luasnya kepada masyarakat Bali? Tentu saja, sebagai sebuah inovasi teknologi dan sosial, Circles Bali haruslah memiliki aplikasi yang user friendly dan mudah diakses atau digunakan oleh siapa saja.